Thursday 22 March 2018

Belajar Menghadapi Tantangan

Pada abad ke-7, seorang pelaut tangguh mengangkat layar kapalnya menyebrangi lautan. Tujuannya adalah tanah subur di timur nan jauh dari daratan tempat tinggalnya, menjelajahi dunia dari keingintahuannya yang tinggi. Proposalnya dibawa ke mana-mana. 
Setelah ditolak raja Portugis dan Inggris, pria ini akhirnya berhasil mendapatkan kepercayaan ratu Spanyol. Pada kemudian hari setelah menjelajahi samudra berbulan-bulan, ia mendarat di sebuah tempat.
"India!" Ia berseru kepada semua awak kapalnya. "Kita telah mendarat di India."
Anda mungkin sudah bisa tahu siapa yang saya maksud. Ya, ia adalah Christopher Columbus. Alih-alih mendarat di India seperti yang diharapkan Ratu Isabel yang membiayai misi perjalanannya (untuk memperkuat posisi Spanyol dalam perdagangan rempah-rempah yang dibutuhkan Eropa dan terputus akibat Perang Salib), Columbus justru mendarat di sebuah benua yang kelak dinamai Amerika.
Ini tentu diluar harapannya. Ia sendiri tak pernah sampai ke tanah India, melainkan kesasar di benua lain. Lalu ia kembali ke Spanyol, menghadap ratu dan dicemooh para penjelajah dunia lainnya yang mengambil rute berbeda menuju pantai barat Afrika terus ke selatan hingga sampai di Tanjung Harapan.
Mereka jelas berada pada posisi yang lebih dekat dengan India yang sebenarnya.
Namun, alih-alih dihukum karena tersasar, Columbus justru diberi penghargaan Raja Ferdinand dan Ratu Isabel. Bahkan hingga hari ini kita mengenal namanya sebagai penemu benua Amerika. Ketika dicemooh itulah Columbus berfilsafat, "Kalau saya tak pernah mau kesasar, kalian tak akan  pernah menemukan jalan baru."
Kita semua tahu tidak penting apa yang kita capai hari ini, atau saat ini. Yang lebih penting sesungguhnya adalah apa yang bisa kita pelajari dari sebuah perjalanan itu sendiri dan apa yang bisa kita lakukan di depan. Apalagi perjalanan itu adalah sebuah proses, bukan perhentian akhir. Orang-orang besar itu adalah the climbers, bukan the campers, apalagi the quitters. Berkat satu perjalanan yang "gagal" itu otak manusia justru menjadi terbuka, dan sebuah keyakinan baru muncul.
Sebaliknya, anda tahu hari ini, jutaan manusia Indonesia sangat takut "menjelajahi" dunia baru yang sama sekali belum dikenalnya. Kebanyakan kita justru menghindari kegagalan, kesasar, atau segala sesuatu yang bakal menyulitkan hidup kita. Kita maunya anak-anak kita menjadi juara, lulus cepat, dan dapat pekerjaan yang baik, dimudahkan jalannya. 
Setiap kali mereka mengalami kesulitan, "persoalan" mereka kita ambil alih, kita yang hadapi, dan kita yang menjadi petarungnya. Padahal semua masalah itu diberikan Tuhan untuk mengubah karakter manusia agar menjadi lebih "petarung" dalam menghadapai masalah.
Tak banyak orang yang mengerti bahwa keunggulan yang dicapai manusia kelak tak pernah lepas dari seberapa hebat ia terlatih menghadapi aneka kesulitan dan tantangan kehidupan.
Kitapun hanya mengajarkan anak-anak kita materi yang sama selama bertahun-tahun, meneruskan sejarah menggambar dua gunung berjajar, awan dan burung terbang di atas, sawah di bawah beserta jalan rayanya. Gambar fenomenal yang hampir semua kita pernah melukisnya.
Tanpa kita sadari sebenarnya kita terperangkap dalam kenyamanan yang sesungguhnya mencerminkan kemalasan berpikir belaka. Dan otak kita dibajak oleh autopilot yang programnya ya siapa lagi, kalau bukan kita sendiri.
Bayangkan kalau Columbus tidak berani menjalajahi dunia baru dan kesasar, mungkin saja benua Amerika baru ditemukan beberapa abad kemudian dan sejarah yang kita jalani hari ini akan berbeda sama sekali. Dan penjelajahan baru itu menuntut manusia untuk berpikir, bukan menghafal atau menjustifikasi, tetapi memulainya sama sekali pada hal yang benar-benar baru. Menjelajahi dunia yang sama sekali belum ada petunjuk jalannya. Thinking in new boxes. Dan itu adalah belajar menghadapi tantangan, bukan hafalan sederhana yang bisa dilakukan semua orang.

Disarikan dari: 30 Paspor di Kelas Sang Professor (J.S Khairen)

No comments:

Post a Comment

Take time to deliberate ------ but when the time for action has arrived ------ stop thinking and go in (Napoleon Bonaparte)