Saat
ini, di zaman yang sangat modern yang di tandai dengan pesatnya kemajuan
teknologi ada fenomena yang dialami oleh sebagian besar penduduk di dunia,
khususnya di Indonesia. Banyak sekali hal yang berubah akibat dampak dari
fenomena yang menyebar bagaikan virus ganas tersebut. Berawal dari sumber
munculnya seluruh kejadian yang ada, saya menyebut fenomena tersebut sebagai
fenomena eat, pray and tweet. Ya,
sebuah istilah yang sering kita dengar bahkan sampai melahirkan sebuah film
yang menceritakan kebiasaan tersebut yang terjadi pada seorang manusia, yaitu eat, pray, and love. Akan tetapi di
bagian akhir dari istilah ini seakan berubah dengan sendirinya seiring dengan
perkembangan teknologi dan kebiasaan manusia saat ini yaitu kebiasaan
berinteraksi di dunia maya yang diwakili dengan kata tweet.
Kebiasaan
sehari-hari yang biasa kita lakukan berubah begitu saja sejak munculnya social media yang ramai-ramai dikunjungi
oleh penduduk dunia saat ini. Aktivitas di pagi hari yang biasanya diawali
dengan membaca Koran, minum kopi atau sarapan pagi sambil bercengkrama dengan
keluarga kemudian berangkat kerja atau sekolah sudah jarang ditemukan di
masyarakat kita. Sekarang, baru bangun tidur saja orang sudah melihat handphone
atau laptopnya hanya untuk sekedar melihat update notifikasi facebook atau
timeline twitternya atau bahkan membuat status dan tweet dipagi hari. Sebelum
tidurpun selalu ada waktu untuk update status atau tweet kepada teman-teman di
dunia maya tersebut. Tidak sampai disitu saja, sebelum berangkat kerja
disempatkan untuk membaca berita yang sudah disajikan di media online yang
dapat diakses secara gratis bagi pembaca onlinenya.
Masyarakat sudah mulai meninggalkan Koran atau
media cetak lainnya, atau yang lebih aneh lagi saat ini orang membaca Koran
seperti membaca Al Qur’an, yaitu dari halaman paling belakang karena seluruh
informasi yang dibutuhkan bisa didapatkan dari timeline tweeter atau media
elektronik lainnya. Hal lain yang terjadi saat ini adalah jarang ditemukan
kasus pencopetan handphone di kendaraan
atau di tempat umum. Hal ini jarang terjadi karena handphone selalu melekat di
tangan kita karena handphone sudah menjadi bagian dari aktivitas harian kita
yang digunakan untuk update informasi ataupun notifikasi social media yang berada dalam genggaman kita sehingga pencopet
tidak punya kesempatan untuk mengambilnya.
Kebiasaan yang
sangat baik yaitu bercengkrama dengan keluarga juga sudah mulai hilang karena
setiap anggota keluarga sibuk berinteraksi secara online dengan hand phonenya
masing-masing. Hal ini disebabkan karena hampir 80% handphone yang dijual saat
ini sudah menghadirkan fitur untuk akses internet dengan mudah, sehingga orang
lebih asyik dengan dunianya sendiri yang terdapat dalam sebuah handphone atau
tablet pc. Baru-baru ini juga ditemukan bahwa ternyata keberadaan social media dapat merusak hubungan kita
dengan pasangan jika tidak digunakan secara benar. Bayangkan saja apa yang
terjadi ketika makan malam berlangsung tetapi pasangan anda malahan sibuk
dengan handphonenya sendiri. Hal seperti inilah yang dianggap sebagai dampak
negatif dari fenomena eat, pray and tweet.
Sebagai orang
yang memahami hal seperti ini, diharapkan agar kita dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi yang ada di genggaman kita saat ini dengan bijak. Jangan
sampai masuknya teknologi bukan memperbaiki kualitas kehidupan kita tetapi
malah menurunkan kualitas kehidupan dan interaksi kita kepada sesama manusia.
Kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial dalam arti yang sebenarnya,
bukan makhluk yang tidak memperhatikan sekitar disebabkan asyik dengan dunia
maya yang kita miliki. Yang perlu diperhatikan juga adalah sebagai seorang
muslim mari kita jadikan seluruh aktivitas yang dilakukan bernilai ibadah, maka
dengan menggunakan social media dan media elektronik sebagai alat menyebar
kebaikan maka kehidupan kita akan lebih bermakna dan dapat bermanfaat bagi
perkembangan agama Islam.
No comments:
Post a Comment