Thursday 16 August 2012

Fenomena eat, pray, and tweet

Saat ini, di zaman yang sangat modern yang di tandai dengan pesatnya kemajuan teknologi ada fenomena yang dialami oleh sebagian besar penduduk di dunia, khususnya di Indonesia. Banyak sekali hal yang berubah akibat dampak dari fenomena yang menyebar bagaikan virus ganas tersebut. Berawal dari sumber munculnya seluruh kejadian yang ada, saya menyebut fenomena tersebut sebagai fenomena eat, pray and tweet. Ya, sebuah istilah yang sering kita dengar bahkan sampai melahirkan sebuah film yang menceritakan kebiasaan tersebut yang terjadi pada seorang manusia, yaitu eat, pray, and love. Akan tetapi di bagian akhir dari istilah ini seakan berubah dengan sendirinya seiring dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan manusia saat ini yaitu kebiasaan berinteraksi di dunia maya yang diwakili dengan kata tweet.
                Kebiasaan sehari-hari yang biasa kita lakukan berubah begitu saja sejak munculnya social media yang ramai-ramai dikunjungi oleh penduduk dunia saat ini. Aktivitas di pagi hari yang biasanya diawali dengan membaca Koran, minum kopi atau sarapan pagi sambil bercengkrama dengan keluarga kemudian berangkat kerja atau sekolah sudah jarang ditemukan di masyarakat kita. Sekarang, baru bangun tidur saja orang sudah melihat handphone atau laptopnya hanya untuk sekedar melihat update notifikasi facebook atau timeline twitternya atau bahkan membuat status dan tweet dipagi hari. Sebelum tidurpun selalu ada waktu untuk update status atau tweet kepada teman-teman di dunia maya tersebut. Tidak sampai disitu saja, sebelum berangkat kerja disempatkan untuk membaca berita yang sudah disajikan di media online yang dapat diakses secara gratis bagi pembaca onlinenya.
                 Masyarakat sudah mulai meninggalkan Koran atau media cetak lainnya, atau yang lebih aneh lagi saat ini orang membaca Koran seperti membaca Al Qur’an, yaitu dari halaman paling belakang karena seluruh informasi yang dibutuhkan bisa didapatkan dari timeline tweeter atau media elektronik lainnya. Hal lain yang terjadi saat ini adalah jarang ditemukan kasus pencopetan handphone  di kendaraan atau di tempat umum. Hal ini jarang terjadi karena handphone selalu melekat di tangan kita karena handphone sudah menjadi bagian dari aktivitas harian kita yang digunakan untuk update informasi ataupun notifikasi social media yang berada dalam genggaman kita sehingga pencopet tidak punya kesempatan untuk mengambilnya.
Kebiasaan yang sangat baik yaitu bercengkrama dengan keluarga juga sudah mulai hilang karena setiap anggota keluarga sibuk berinteraksi secara online dengan hand phonenya masing-masing. Hal ini disebabkan karena hampir 80% handphone yang dijual saat ini sudah menghadirkan fitur untuk akses internet dengan mudah, sehingga orang lebih asyik dengan dunianya sendiri yang terdapat dalam sebuah handphone atau tablet pc. Baru-baru ini juga ditemukan bahwa ternyata keberadaan social media dapat merusak hubungan kita dengan pasangan jika tidak digunakan secara benar. Bayangkan saja apa yang terjadi ketika makan malam berlangsung tetapi pasangan anda malahan sibuk dengan handphonenya sendiri. Hal seperti inilah yang dianggap sebagai dampak negatif dari fenomena eat, pray and tweet.
Sebagai orang yang memahami hal seperti ini, diharapkan agar kita dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada di genggaman kita saat ini dengan bijak. Jangan sampai masuknya teknologi bukan memperbaiki kualitas kehidupan kita tetapi malah menurunkan kualitas kehidupan dan interaksi kita kepada sesama manusia. Kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial dalam arti yang sebenarnya, bukan makhluk yang tidak memperhatikan sekitar disebabkan asyik dengan dunia maya yang kita miliki. Yang perlu diperhatikan juga adalah sebagai seorang muslim mari kita jadikan seluruh aktivitas yang dilakukan bernilai ibadah, maka dengan menggunakan social media dan media elektronik sebagai alat menyebar kebaikan maka kehidupan kita akan lebih bermakna dan dapat bermanfaat bagi perkembangan agama Islam.

No comments:

Post a Comment

Take time to deliberate ------ but when the time for action has arrived ------ stop thinking and go in (Napoleon Bonaparte)