Hai blogger semua, kali ini saya mau berbagi pengalaman yang mungkin agak sedikit aneh tapi emang ada di sekitar kita. Hal ini berhubungan dengan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi ladang amal kita tetapi di manfaatin oleh orang-orang tertentu demi kepentingannya sendiri. Mudah-mudahan hal ini hanya terjadi pada diri saya aja dan gak dialami oleh orang lain, karena kalau benar maka emang udah gak ada lagi yang namanya kejujuran dan hal yang bisa kita jadiin ladang amal khususnya amal jariah/ sedekah.
Kejadian ini terjadi sekitar bulan Mei 2011. Suatu pagi saya berjalan untuk menghadiri kegiatan seminar di dekat rumah saya yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah, tepatnya daerah Cijantung. Karena tempatnya gak terlalu jauh maka saya kesana gak naik motor tapi dengan menumpang angkot aja. Setelah turun dari angkot saya segera menuju ke tempat seminar tersebut, dan untuk sampai kesana harus melewati jembatan yang melintasi sungai yang lumayan lebar dan dalam. Ketika melewati jembatan saya melihat pengemis wanita yang sudah agak tua (sekitar 55 tahunan) yang duduk di jembatan itu sambil menengadahkan tangannya. Spontan saya langsung mengambil uang receh untuk disedekahkan ke pengemis tersebut. Setelah itu saya berlalu untuk menuju tempat tujuan saya, yaitu seminar bedah buku.
Saya mengikuti seminar dari jam 9 sampai jam 12 siang, dan waktu itu cuaca benar-benar panas. Setelah shalat Zuhur saya mengajak teman untuk makan siang di warung nasi dekat tempat tersebut. Ketika saya sampai di rumah makan itu, saya sangat terkejut melihat pengemis yang tadi pagi saya berikan sedekah sudah ada di rumah makan yang harganya lumayan mahal itu. Terlebih lagi, pengemis itu makan dengan lauk dan sayur yang sangat mewah dan banyak. Saya tidak menghiraukan hal itu, lalu langsung memesan makanan dan duduk di meja yang disediakan.
Setelah selesai makan, rasa penasaran saya membawa saya untuk bertanya tentang pengemis itu kepada pelayan rumah makan. Kemudian pelayan menceritakan kalau tiap hari pengemis itu memang makan disini dan selalu dengan lauk yang cukup mewah. Terkadang pengemis itu menelpon suaminya untuk menanyakan berapa pendapatan hari ini. Yang lebih mengejutkan lagi adalah, pengemis itu sering menukarkan uang hasil mengemis tiap harinya kepada rumah makan tersebut, yang jumlahnya sangat banyak. Dalam sehari dia bisa mendapatkan uang sampai 200 ribu rupiah dari pagi sampai sore hanya dengan modal wajah yang memelas dan akting yang canggih agar mendapatkan belas kasihan orang yang lewat jembatan yang saya lewati tadi pagi.
Setelah mengetahui hal itu saya jadi berpikir berkali-kali untuk bersedekah kepada pengemis yang ada di pinggir jalan atau lampu merah jalan raya. Lebih baik saya sedekahkan untuk orang miskin yang sudah saya kenal di sekitar rumah atau anak yatim yang membutuhkan, daripada saya berikan kepada orang yang memanfaatkan kebaikan orang lain untuk dijadikan lahan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Demikian cerita pengalaman saya yang agak aneh ini, semoga bisa menjadi renungan kita bersama.
Tetap berbuat kebaikan selagi kita mampu melakukannya, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Keep do the right thing!
Tetap berbuat kebaikan selagi kita mampu melakukannya, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Keep do the right thing!
No comments:
Post a Comment