Friday, 24 August 2012

Halal Bi Halal dalam Islam



Dalam tradisi umat Islam di Indonesia ada istilah yang disebut Halal Bi Halal, dan biasanya dikaitkan dengan hari raya Idul Fitri. Menjelang Idul Fitri umat Islam banyak yang pulang ke kampung halaman untuk bertemu orangtua, sanak saudara, dan teman-temannya. Di sana mereka melakukan Halal Bi Halal yang biasanya hanya terjadi setahun sekali. Halal Bi Halal juga biasa dilakukan dalam suatu acara pertemuan yang menghadirkan keluarga besar, tetangga, sahabat dan relasi kerja. Tradisi lain yang mirip dilakukan adalah reuni almamater sekolah atau kampus tempat dulu menimba ilmu. Tradisi ini dapat dikategorikan sebagai bentuk silaturahim yang dianjurkan Islam jika sesuai dengan adab-adab silaturahim.


Berikut ini adalah beberapa adab dalam melakukan silaturahim:
1.  Memperhatikan hari dan jam yang baik untuk silaturahim, karena setiap orang pasti memiliki kesibukan masing-masing di rumah, jadi harus memahami hal tersebut.
2. Dianjurkan membawa hadiah atau sesuatu yang bermanfaat  baik berupa materi maupun nonmateri.
3. Jika dimungkinkan memberi tahu terlebih dahulu agar orang yang kita kunjungi dapat mempersiapkan segalanya sebelum kita berkunjung.
4. Orang yang lebih muda sebaiknya mendatangi yang lebih tua, begitu juga seorang muslim mendatangi yang lebih alim dan bertaqwa.
5. Dianjurkan untuk saling memberi nasehat kebaikan, jika dilakukan dalam acara resmi maka sebaiknya mengundang da’i atau ustad untuk memberi ceramah agama
6. Tidak boleh mengatakan dan melakukan sesuatu yang tidak disukai dan harus menjauhkan diri dari ghibah dan perkataan dusta.
7. Memakai pakaian yang rapi, bersih dan baik. Bagi laki-laki sebaiknya memakai minyak wangi.
8. Menghindari berlebihan dalam makan, minum dan sebagainya.
9. Menjauhi kemaksiatan, seperti lalai dalam mengerjakan shalat karena asyik mengobrol, bergaul terlalu bebas antara laki-laki dan perempuan, memainkan lagu dan musik yang kotor  dan tidak islami, dan lain-lain.
10. Dianjurkan berjabat tangan, mengucapkan salam pada saat pertemuan dan perpisahan, serta saling mendoakan satu dengan yang lainnya.

          Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan silaturahim yang perlu diketahui oleh setiap muslim yang beriman, sehingga amalannya tidak sia-sia bahkan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala di sisi Allah Swt. Amin

Saturday, 18 August 2012

Friday, 17 August 2012

Pengemis Yang Kaya

       Hai blogger semua, kali ini saya mau berbagi pengalaman yang mungkin agak sedikit aneh tapi emang ada di sekitar kita. Hal ini berhubungan dengan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi ladang amal kita tetapi di manfaatin oleh orang-orang tertentu demi kepentingannya sendiri. Mudah-mudahan hal ini hanya terjadi pada diri saya aja dan gak dialami oleh orang lain, karena kalau benar maka emang udah gak ada lagi yang namanya kejujuran dan hal yang bisa kita jadiin ladang amal khususnya amal jariah/ sedekah.
        Kejadian ini terjadi sekitar bulan Mei 2011. Suatu pagi saya berjalan untuk menghadiri kegiatan seminar di dekat rumah saya yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah, tepatnya daerah Cijantung. Karena tempatnya gak terlalu jauh maka saya kesana gak naik motor tapi dengan menumpang angkot aja. Setelah turun dari angkot saya segera menuju ke tempat seminar tersebut, dan untuk sampai kesana harus melewati jembatan yang melintasi sungai yang lumayan lebar dan dalam. Ketika melewati jembatan saya melihat pengemis wanita yang sudah agak tua (sekitar 55 tahunan) yang duduk di jembatan itu sambil menengadahkan tangannya. Spontan saya langsung mengambil uang receh untuk disedekahkan ke pengemis tersebut. Setelah itu saya berlalu untuk menuju tempat tujuan saya, yaitu seminar bedah buku.
        Saya mengikuti seminar dari jam 9 sampai jam 12 siang, dan waktu itu cuaca benar-benar panas. Setelah shalat Zuhur saya mengajak teman untuk makan siang di warung nasi dekat tempat tersebut. Ketika saya sampai di rumah makan itu, saya sangat terkejut melihat pengemis yang tadi pagi saya berikan sedekah sudah ada di rumah makan yang harganya lumayan mahal itu. Terlebih lagi, pengemis itu makan dengan lauk dan sayur yang sangat mewah dan banyak. Saya tidak menghiraukan hal itu, lalu langsung memesan makanan dan duduk di meja yang disediakan.
           Setelah selesai makan, rasa penasaran saya membawa saya untuk bertanya tentang pengemis itu kepada pelayan rumah makan. Kemudian pelayan menceritakan kalau tiap hari pengemis itu memang makan disini dan selalu dengan lauk yang cukup mewah. Terkadang pengemis itu menelpon suaminya untuk menanyakan berapa pendapatan hari ini. Yang lebih mengejutkan lagi adalah, pengemis itu sering menukarkan uang hasil mengemis tiap harinya kepada rumah makan tersebut, yang jumlahnya sangat banyak. Dalam sehari dia bisa mendapatkan uang sampai 200 ribu rupiah dari pagi sampai sore hanya dengan modal wajah yang memelas dan akting yang canggih agar mendapatkan belas kasihan orang yang lewat jembatan yang saya lewati tadi pagi.
            Setelah mengetahui hal itu saya jadi berpikir berkali-kali untuk bersedekah kepada pengemis yang ada di pinggir jalan atau lampu merah jalan raya. Lebih baik saya sedekahkan untuk orang miskin yang sudah saya kenal di sekitar rumah atau anak yatim yang membutuhkan, daripada saya berikan kepada orang yang memanfaatkan kebaikan orang lain untuk dijadikan lahan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Demikian cerita pengalaman saya yang agak aneh ini, semoga bisa menjadi renungan kita bersama.
Tetap berbuat kebaikan selagi kita mampu melakukannya, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Keep do the right thing!

Thursday, 16 August 2012

Fenomena eat, pray, and tweet

Saat ini, di zaman yang sangat modern yang di tandai dengan pesatnya kemajuan teknologi ada fenomena yang dialami oleh sebagian besar penduduk di dunia, khususnya di Indonesia. Banyak sekali hal yang berubah akibat dampak dari fenomena yang menyebar bagaikan virus ganas tersebut. Berawal dari sumber munculnya seluruh kejadian yang ada, saya menyebut fenomena tersebut sebagai fenomena eat, pray and tweet. Ya, sebuah istilah yang sering kita dengar bahkan sampai melahirkan sebuah film yang menceritakan kebiasaan tersebut yang terjadi pada seorang manusia, yaitu eat, pray, and love. Akan tetapi di bagian akhir dari istilah ini seakan berubah dengan sendirinya seiring dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan manusia saat ini yaitu kebiasaan berinteraksi di dunia maya yang diwakili dengan kata tweet.
                Kebiasaan sehari-hari yang biasa kita lakukan berubah begitu saja sejak munculnya social media yang ramai-ramai dikunjungi oleh penduduk dunia saat ini. Aktivitas di pagi hari yang biasanya diawali dengan membaca Koran, minum kopi atau sarapan pagi sambil bercengkrama dengan keluarga kemudian berangkat kerja atau sekolah sudah jarang ditemukan di masyarakat kita. Sekarang, baru bangun tidur saja orang sudah melihat handphone atau laptopnya hanya untuk sekedar melihat update notifikasi facebook atau timeline twitternya atau bahkan membuat status dan tweet dipagi hari. Sebelum tidurpun selalu ada waktu untuk update status atau tweet kepada teman-teman di dunia maya tersebut. Tidak sampai disitu saja, sebelum berangkat kerja disempatkan untuk membaca berita yang sudah disajikan di media online yang dapat diakses secara gratis bagi pembaca onlinenya.
                 Masyarakat sudah mulai meninggalkan Koran atau media cetak lainnya, atau yang lebih aneh lagi saat ini orang membaca Koran seperti membaca Al Qur’an, yaitu dari halaman paling belakang karena seluruh informasi yang dibutuhkan bisa didapatkan dari timeline tweeter atau media elektronik lainnya. Hal lain yang terjadi saat ini adalah jarang ditemukan kasus pencopetan handphone  di kendaraan atau di tempat umum. Hal ini jarang terjadi karena handphone selalu melekat di tangan kita karena handphone sudah menjadi bagian dari aktivitas harian kita yang digunakan untuk update informasi ataupun notifikasi social media yang berada dalam genggaman kita sehingga pencopet tidak punya kesempatan untuk mengambilnya.
Kebiasaan yang sangat baik yaitu bercengkrama dengan keluarga juga sudah mulai hilang karena setiap anggota keluarga sibuk berinteraksi secara online dengan hand phonenya masing-masing. Hal ini disebabkan karena hampir 80% handphone yang dijual saat ini sudah menghadirkan fitur untuk akses internet dengan mudah, sehingga orang lebih asyik dengan dunianya sendiri yang terdapat dalam sebuah handphone atau tablet pc. Baru-baru ini juga ditemukan bahwa ternyata keberadaan social media dapat merusak hubungan kita dengan pasangan jika tidak digunakan secara benar. Bayangkan saja apa yang terjadi ketika makan malam berlangsung tetapi pasangan anda malahan sibuk dengan handphonenya sendiri. Hal seperti inilah yang dianggap sebagai dampak negatif dari fenomena eat, pray and tweet.
Sebagai orang yang memahami hal seperti ini, diharapkan agar kita dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada di genggaman kita saat ini dengan bijak. Jangan sampai masuknya teknologi bukan memperbaiki kualitas kehidupan kita tetapi malah menurunkan kualitas kehidupan dan interaksi kita kepada sesama manusia. Kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial dalam arti yang sebenarnya, bukan makhluk yang tidak memperhatikan sekitar disebabkan asyik dengan dunia maya yang kita miliki. Yang perlu diperhatikan juga adalah sebagai seorang muslim mari kita jadikan seluruh aktivitas yang dilakukan bernilai ibadah, maka dengan menggunakan social media dan media elektronik sebagai alat menyebar kebaikan maka kehidupan kita akan lebih bermakna dan dapat bermanfaat bagi perkembangan agama Islam.
Take time to deliberate ------ but when the time for action has arrived ------ stop thinking and go in (Napoleon Bonaparte)