Monday 2 April 2018

Bertemu Tanpa Sapa, Diam-diam Ada Rasa (Kisah Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra)

Ali bin Abu Thalib sedari kecil tinggal dengan Rasulullah SAW. Sebagai balas jasa pamannya yang merupakan ayah dari Ali, yaitu Abu Thalib yang telah mengasuk Rasulullah sejak kecil.

Fatimah merupakan putri dari pernikahan Rasulullah SAW dengan Khadijah binti Khuwailid. Perbedaan usia mereka 15 tahun. Ali lahir 10 tahun sebelum kenabian, sedangkan Fatimah lahir 5 tahun setelah kenabian. Sejak kecil, Ali dan Fatimah saling mengenal, namun tak pernah saling menyapa. Fatimah dikenal memiliki sifat yang paling mirip dengan ayahnya. Begitupun dengan Ali, yang telah dianggap seperti putra sendiri bagi Rasulullah SAW.

Suatu ketika, terjadi suatu kejadian dimana Rasulullah SAW sedang sujud, Abu Jahl dan gerombolannya menumpahi kotoran kambing ke baginda Rasulullah SAW.  Kemudian Fatimah membantu membersihkan kotoran yang ada di tubuh ayahnya. Tak hanya itu, Fatimah juga berani memarahi gerombolan kaum musyrik yang telah menyakiti ayahnya. Disaat itulah Ali diam-diam menaruh hati pada Fatimah.

Ali berdoa, memohon kepada Allah SWT agar ia berjodoh dengan Fatimah. Namun Allah SWT mengujinya. Tersiar kabar bahwa Abu Bakar As-shiddiq terlebih dahulu melamar Fatimah. Ali pun pasrah mendengar berita tersebut, karena merasa bahwa Abu Bakar As-shiddiq yang dirasa lebih tinggi status darinya, telah melamar Fatimah dan akan diterima Rasulullah SAW. Namun perkiraan Ali salah. Allah SWT berkehendak lain.

Lamaran Abu Bakar As-shiddiq ditolak.

Ali tetap ber ikhtiar dengan terus memperbaiki diri dan bertawakkal agar Allah SWT meridhoinya untuk berjodoh dengan Fatimah. Namun Ali diuji kembali. Kini, seorang khalifah yang dikenal pemberani, yang melamar Fatimah. Yakni, Umar bin Khattab. Kembali, Ali ikhlas jika Umar diterima lamarannya. 

Dan ternyata, lamaran Umar pun ditolak.

Kemudian Allah SWT kembali menguji Ali. Kini Utsman Bin Affan yang melamar Fatimah. Ali sempat berfikir, ini yang ketiga kalinya, mungkin lamaran kali ini akan diterima. Namun sama dengan yang sebelumnya, lamaran tersebut ditolak.

Sahabat-sahabat Ali memberi dukungan padanya untuk segera melamar Fatimah. Ali pun memberanikan diri untuk mendatangi Rasulullah SAW untuk melamar putrinya. Ali menyampaikan niat baiknya pada Rasulullah SAW dan juga bertanya, jika diterima, maka mahar apa yang diinginkan? Karena Ali bukanlah saudagar kaya.

Ali sempat tidak yakin Rasulullah SAW akan menerima niat baiknya. Ali memang bukanlah saudagar kaya seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, ia hanya memiliki harta berupa sebilah pedang, sepasang baju besi, dan beberapa Kg tepung untuk makanannya dan pakaian yang dikenakannya. Namun Ridho Allah SWT di atas segalanya. 

Rasulullah SAW menerima lamaran Ali untuk Fatimah.

Untuk maharnya?
Rasulullah SAW meminta sepasang baju besi Ali sebagai maharnya.

Mengapa?
Rasulullah SAW berkata kepada Ali, tepung akan digunakan Ali untuk menyambung hidup dengan istrimu, sebilah pedang akan membantu Ali seperti untuk memotong kayu nantinya. Maka sepasang baju besi lah yang menjadi maharnya. 

Ali bukanlah saudagar kaya seperti Abu Bakar Ash-siddiq, bukan pula Khalifah yang dikenal pemberani seperti Umar, namun Ali dikenal sebagai Khalifah yang cerdas.

Ali dan Fatimah. Dua insan yang saling mengenal, tak pernah bertegur sapa, namun bertukar rindu lewat doa. Masya Allah.

"Jatuh cinta tidak terlarang dalam Islam. Namun jangan sampai jatuh cinta membuat kita lalai terhadap Allah dan Rasul-Nya. Jangan pernah berhenti berharap, namun berharapnya kepada Allah SWT yang menciptakan makhluknya. Dan tetaplah berusaha untuk memantaskan diri - Ust. Ray"

Sumber: Catatan Kajian Dhuha oleh Chairani Cikaisela







No comments:

Post a Comment

Take time to deliberate ------ but when the time for action has arrived ------ stop thinking and go in (Napoleon Bonaparte)