Sunday, 16 September 2012

Wisata Kota Tua

      Kota tua juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia yang merupakan area komplek bangunan peninggalan jaman Belanda. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kota ini hanya seluas 15 hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
        Ada banyak bangunan peninggalan Belanda yang saat ini masih berdiri kokoh karena bangunan tersebut dirancang agar dapat bertahan selama ratusan tahun. Saat ini bangunan tersebut ada yang dijadikan sebagai museum tempat pameran benda bersejarah bangsa Indonesia, bahkan dijadikan tempat wisata yang disebut Wisata Kota Tua. Perjalanan saya kali ini mencoba untuk menelusuri tempat-tempat bersejarah di kawasan kota tua, tetapi saya tidak menggunakan jasa pemandu dalam melaksanakan perjalan ini agar lebih leluasa dalam pengambilan gambar dan menikmati tempat bersejarah tersebut. Saya mengajak dua orang teman saya untuk menemani perjalanan ini agar lebih asyik dan bisa berdiskusi ketika berkunjung.
        Untuk menuju ke kawasan kota tua ini kami menumpang KRL jurusan Depok-Kota, kemudian melanjutkan ke kawasan ini dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dari stasiun kota. Ketika sampai tempat tujuan, kami disuguhkan pemandangan tempo dulu yang sangat bersejarah terutama ketika memasuki lapangan utama yang dikelilingi sejumlah museum tempat penyimpanan benda bersejarah. Disana terdapat museum Fatahillah, yang tersimpan cerita tentang perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara., hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19.
Museum Fatahillah yang pernah menjadi Bali Kota Batavia
       Selanjutnya kami menjumpai Cafe Batavia yang pernah menjadi tempat makan pada jaman pendudukan Belanda. Nuansa kolonial Belanda sangat terasa ketika kita memasuki tempat ini, dan jika malam tiba tempat ini menjadi sangat romantis karena lampu-lampu yang redup menerangi restoran ini.
Cafe Batavia
       Perjalanan kami lanjutkan ke arah utara, yaitu ke pelabuhan Sunda Kelapa. Hitamnya air sungai Ciliwung terlihat sangat tidak sedap dipandang sepanjang perjalanan menuju pelabuhan. Di ujung jalan, terdapat Jembatan Intan memotong sungai Ciliwung yang mengarah ke laut Jakarta. Jembatan ini masih terlihat kokoh walaupun sudah berumur ratusan tahun, mungkin karena dibuat dari kayu pilihan pada waktu itu.
Jembatan Intan yang kokoh
Sungai Ciliwung dilihat dari Jembatan Intan
       Setelah melalui perjalan menggunakan angkutan selama 5 menit, kami sampai di Menara Syahbandar yang pada tahun 1839 berfungsi sebagai menara pemantau bagi kapal-kapal yang keluar-masuk Kota Batavia lewat jalur laut serta berfungsi kantor "pabean" yakni mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di pelabuhan Sunda Kelapa.
Menara Syahbandar
        Dari Menara Syahbandar kami berjalan kaki menuju pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan saksi sejarah perjuangan Fatahillah sekaligus menjadi asal muasal lahirnya kota Jakarta yang ditetapkan pada 22 Juni 1527. Walaupun sudah berumur 480 tahun lebih, namun pelabuhan ini masih menjadi tempat transaksi perdagangan dan bongkar muat barang dagangan dari pulau lain di Indonesia yang dikirim ke Jakarta. Pelabuhan ini juga masih menjadi tempat ratusan buruh dan pekerja kapan menggantungkan hidupnya. Karena itu pemerintah DKI Jakarta diharapkan memperhatikan tempat bersejarah yang menjadi cikal bakal lahirnya kota Jakarta ini. priyo/jafar/syifa


Take time to deliberate ------ but when the time for action has arrived ------ stop thinking and go in (Napoleon Bonaparte)